Friday, May 2, 2014

SBY Tunda Akuisisi BTN Bikin Pengusaha merasa Lega

Jakarta - Penundaan akuisisi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) oleh Bank Mandiri telah mendapat sebuauh sambutan yang cukup positif dari kalangan pengusaha yang telah tergabung dalam Kamar Dagang dan serta Industri (Kadin).

Pihaknya telah mengaku bahwa keputusan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini telah bakal diapresiasi oleh para stakeholder BTN. Wakil dari Ketua Kadin Bidang Pemberdayaan Daerah Kadin, Natsir Mansyur juga telah menilai langkah dari SBY sangat tepat dengan menunda sebuah akuisisi BTN.


SBY Tunda Akuisisi BTN Bikin Pengusaha Lega



Natsir juga telah menambahkan, pemerintah khususnya Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih untuk mempunyai segudang cara untuk dapat membesarkan BTN selain lewat sebuah akuisisi.

Salah satunya seperti yang telah diutarakan oleh mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli melalui penerbitan surat utang jangka panjang dan serta dukungan dari kementerian yang terkait.

Lanjut dia, selama ini sejumlah pengusaha daerah yang mayoritas telah bergerak di dalam bidang konstruksi dan serta perumahan sangat terbantu dengan adanya kehadiran BTN. Pasalnya perbankan pelat merah ini telah mampu untuk memberikan sebuah pinjaman dengan bunga yang kompetitif sehingga sebuah program perumahan murah bagi rakyat akan terus untuk berjalan.

Perlu untuk diketahui, Indonesia masih telah mencatatkan akan kekurangan perumahan atau backlog sekitar sebanyak 15 juta unit. Kebutuhan perumahan yang sangat besar telah berada di luar pulau Jawa.
"Kalau BTN telah di akuisisi, program perumahan murah rakyat untuk kalangan yang menengah bawah bisa untuk terancam mandek. Padahal kita telah butuh rumah dan serta menggerakkan ekonomi daerah," ucapnya.

Dengan begitu, Natsir juga telah berharap Indonesia akan dapat terus mempertahankan keberadaan dari BTN untuk sebagai bank yang khusus untuk mengurusi perumahan. "Kita harus punya bank yang beragam, ada yang urusi perumahan, dan industri, dan UKM dan yang lainnya. Jangan seperti supermarket, sehingga persaingan menjadi nggak sehat," tukas dari Natsir.

No comments:

Post a Comment